Kesenian Musik Sumatera Barat

Dalam Festival Nasional Kesenian Musik Nusantara 2012, Sumatera Barat mengirimkan perwakilan yang tampil pada tanggal 4 Oktober 2012. Remaja-remaja yang kreatif ini membawakan sebuah komposisi Malapeh Marapulai, sebuah komposisi yang bercerita tentang tradisi melepas kepergian pengantin pria ke rumah pengantin wanita. Kisah yang ditampilkan ini dibagi ke dalam dua bagian, yang pertama bagian tradisi dengan musik dan reportoar tradisional, dan bagian yang kedua bagian kreasi, aransemen ulang dengan menggabungkan alat musik modern ke dalamnya.


Komposisi Pertama (Tradisi)

Dalam tradisi di Minangkabau biasanya diawali dengan pemberian gelar dari penghulu kaum/suku. Pada saat it disampaikan petuah dan nasehat dalam bentuk pantun-pantun tentang bagaimana seorang laki-laki Minangkabau harus bersikap teguh dalam mengarungi bahtera rumah tangga dan tidak melupakan Rumah Gadang tempat ia dilahirkan (perannya sebagai mamak.)

Komposisi ini menggambarkan suasana sedih dan gembira, sedih karena akan meninggalkan Rumah Gadang dan kaum kerabatnya, dan gembira karena akan terjalin pertalian keluarga (silaturahmi) dengan pihak keluarga pengantin perempuan. Komposisi ini diawali  dengan Dendang Saluang, di mana pantunnya berisi petuah atau nasehat kepada pengantin laki-laki.

Kemudian dilanjutkan dengan Talempong Pacik, dalam irama arak-arak Rumah Gadang, Tupai Managun, Cak Din-din dan dikomposisikan dengan pukulan-pukulan gendang. Suasana ini kemudian terangkat menjadi gembira ketika tiupan Sarunai memancing pukulan Talempong, Canang, Gandang bersaut-sautan sehingga para pemusik pun terundang untuk berdiri dan melakukan tapuak galambuak ( pemusik yang memukul celana Galembong Tapak Itiak mengeluarkan bunyi-bunyi yang sangat atraktif).

Komposisi kedua (kreasi)

Komposisi ini dimulai dengan petikan Kecapi, Gitar, Bansi dan Biola. Selanjutnya diiringi dengan Talempong dan Canang dendang dan tiupan Saluang. Suasana mulai terangkat ketika semua alat musik dan vokal bermain rampak. Setelah itu birama berubah menjadi ¾ ketika muncul dendang dalam irama indang, indang pesisir yang menghidupkan suasana.

Kemudian suasana gembira tercapai dan tempo kembali berubah cepat dengan birama 4/4. Setelah talempong pacik bersama bas melanjutkan suasana ini dan berkolaborasi dengan tapuak galambuak/galembong.

*Disarikan juga dari berbagai sumber

One comment

  1. […] Penampilan Provinsi Sumatera Barat, […]

Leave a comment